Sistem
Informasi Rumah Sakit Ideal
(tantos,
Basecamp D3 Rekam Medis UGM)
Ideal
dalam hal ini adalah optimal sesuai kebutuhan rumah sakit, secure dalam
penanganan data, dan tidak melampaui batasan-batasan hukum Indonesia, cukup.
Sekilas
Berbagai macam solusi telah banyak ditawarkan oleh software house
(vendor) untuk menghandle dan mengolah data dan informasi yang ada di rumah
sakit. Dari sistem yang close sampai yang open, dari sistem yang hanya
menghandle transaksi penerimaan pasien sampai yang dapat meminimalisir
penggunaan kertas, dari yang berharga jutaan sampai angka yang terpisah tiga
titik, dari yang user friendly sampai yang sulit diaplikasikan di lapangan.
Pembuatan sistem informasi rumah sakit dapat dilihat dari berbagai
sudut. Bisa dilihat dari sudut administratif yang menghandle data-data pasien,
transaksi dsb, atau bisa juga dari sudut pasien yang cenderung ke pelayanan
kesehatan dengan menambahkan teknologi sebagai alat komunikasinya. Hadirnya
teknologi 3G akan memperkaya kemampuan sistem, dari IT (Information
Technology) menjadi ICT (Information and Communication Technology).
Kebutuhan Pasien
Harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya
service yang cepat dan nyaman. Tingkat mobilitas pasien yang tinggi menuntut
adanya komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien dan institusi
kesehatan, yang kemudian antara pasien dengan dokter. Hal ini sebenarnya bisa
menggunakan fasilitas telepon, atau biar lebih keren, bisa menggunakan teleconference.
Tidak perlu mendebatkan alat komunikasi mana yang lebih cocok, yang terpenting
adalah pendokumentasiannya.
Kebutuhan Pihak Rumah Sakit
Jika dilihat dari sudut pandang user, dalam hal ini adalah pihak rumah
sakit, mereka tentu menginginkan sebuah sistem yang ideal, istimewa, dapat
menghandle semua transaksi yang ada, sehingga tak ada kata ‘terlambat’ pada
pembuatan laporan masing-masing pelayanan ataupun pada pengiriman Rekap Laporan
(RL 1 – 6) ke dinas kesehatan setempat oleh Sub-bagian Rekam Medis, bahkan mungkin,
poli tak perlu lagi melakukan sensus harian, karena setiap laporan akan
tercetak otomatis atau terkirim otomatis.
Jika benar-benar diaplikasikan, SDM pihak rumah sakit bersedia menggunakan
sistem yang ada jelas akan banyak mengurangi beban kerja semua komponen di
rumah sakit itu sendiri, atau mungkin, malah menambah beban kerja perawat dalam
menginput hasil pemeriksaan ke sistem. Namun, semua tergantung desain sistem
itu sendiri yang dibatasi oleh Sistem Informasi Rumah Sakit Ideal, kemampuan user dalam mengoperasikan sistem,
hal-hal yang berhubungan dengan hukum Indonesia yang menyangkut autetikasi dsb,
atau juga kemampuan pengembang dalam membuat sistem yang sesuai dengan
permintaan user.
Kemampuan Pihak Pengembang
Sampai saat ini, sudah banyak pihak pengembang yang menawarkan berbagai
macam solusi untuk kebutuhan sistem informasi rumah sakit. Dari perorangan
sampai yang bermain dibelakang badan usaha (CV/ PT). Kelemahan pengembang
adalah ‘belum mengetahui rumah sakit’ itu sendiri. Karena kebanyakan
pengembang adalah lebih dulu menguasai komputer daripada sistem rumah sakit,
sehingga perlu adanya penghubung antara pihak pengembang dan rumah sakit.
Istilah kerennya ‘System Analyst’, orang yang tahu tentang rumah sakit
dan sistem yang akan dibuat.
Batasan Sistem
Untuk memetakan permasalahan dan mempersempit ruang gerak perancangan
sistem, perlu dibuat batasan-batasan yang tidak perlu dicakup oleh sistem.
Lebih baik tahapan desain sistem memakan waktu yang lebih lama daripada terjadi
huru-hara ketika proses pembuatan. Komunikasi yang intensif-pun perlu dijaga
antara kedua pihak. Pihak rumah sakit menjelaskan secara gamblang apa yang
mereka inginkan dan memberikan secara detil apa yang mereka harapkan.
Batasan-batasan-pun perlu dibahas antara keduanya, seperti :
1) Tidak
menghilangkan fungsi dan peran dokter dan perawat dalam melakukan pemeriksaan.
2) Tidak
mengurangi/ menghilangkan ke-otentikan berkas rekam medis.
Lembar-lembar rekam medis yang perlu
dijaga ke-autentikasi-annya antara lain :
• Lembar RMK (Ringkasan Masuk-Keluar)
• Lembar Resume
• Catatan Perawat
• Hasil Pemeriksaan Lab/ Radiologi
• Lembar Inform Consent
• Laporan Operasi
Kemampuan Sistem :
Secara global, sistem yang ideal tentu dapat mengurangi
beban kerja masing-masing unit
pelayanan. Secara detil (meskipun tidak keseluruhan), dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian
rekam medis dalam ‘menangani’ berkas rekam medis.
Sub-bagian
rekam medis memang sub-bagian yang paling direpotkan dengan berkas rekam medis.
Dari coding, indexing, assembling, filing dan
ing-ing yang lain (maaf, sudah lupa) semua dihandle oleh sub-bagian ini. Dengan
adanya sebuah sistem informasi, seharusnya paling tidak dapat menggantikan
fungsi koding pada sub-bagian rekam medis. Sebagian besar rumah sakit di
indonesia, masih menggunakan petugas rekam medis ataupun kurir dalam
mendistribusikan berkas ke masing-masing pelayanan. Beberapa rumah sakit sudah
menggunakan teknologi ‘lift’ sebagai sarana transportasi berkas ke pelayanan-pelayanan
ataupun kembali ke tempat penyimpanan (filing).
2) Dapat
mengurangi pemakaian kertas (paperless).
Pemakaian kertas masih belum dapat dihilangkan di Indonesia saat ini,
karena data medis sangat rentan dengan hukum dan akan memporak porandakan perdagangan
kertas Indonesia.
Dengan
sistem yang terkomputerisasi, pemakaian kertas yang bisa dipangkas antara lain
:
• Lembar-lembar
rekam medis yang tidak berhubugan dengan masalah autentikasi atau aspek hukum.
• Laporan masing-masing unit pelayanan (karena
semua laporan sudah terekap oleh sistem).
• Rekap Laporan (RL) 1 – 6 yang
dikirim ke dinas kesehatan.
3) Dapat berkomunikasi dengan sistem lain pada
pelayanan kesehatan lain
Web
Service,aplikasi ini sangat berguna pada kasus rujukan, entah dirujuk ke atas
atau ke bawah. Dalam sistem manual, prosedur rujukan adalah dengan mengirimkan
kopian lembar resume medis pasien, dan membawa 1 atau 2 perawat yang
mengantarkannya. Kesulitan dalam mengaplikasikan sistem ini adalah tidak
adanya standard sistem informasi rumah sakit di Indonesia. Masing-masing
rumah sakit dengan pe-de nya meluncurkan sistem mereka yang baru dari vendor
terkenal, kemudian rumah sakit lain ikut-ikutan launcing sistem dengan vendor
yang lain. Tidak adanya komunikasi antar vendor dan tidak adanya kesepakatan
penanganan komunikasi antar sistem yang seharusnya ditengahi oleh pemerintah
dengan mengeluarkan prosedur standard sistem informasi rumah sakit
mengakibatkan hal ini sulit dilaksanakan.
4) Dapat memberikan pelayanan yang real time
Yang
saya maksud disini adalah teknologi 3G. Layanan ini mungkin bisa dinomor
sekiankan dulu, karena pemanfaatan teknologi 3G masih jarang digunakan di
Indonesia, dan masih termasuk teknologi yang mahal. Tidak menutup kemungkinan 5
tahun mendatang 3G sudah meresahkan masyarakat, maksud saya sudah menjadi
bagian dari kebutuhan hidup, lebih dari sekedar gaya hidup (biasanya seperti
itu).